Minggu, 26 Desember 2010

Dan Waktu Itupun Tiba

“Heiiiii!!!!” Tena mengagetkan Reni yang termenung di kursinya. “Aaaaaa” Reni menjerit kemudian melotot pada Tena, korban pelototan Reni hanya nyengir sambil senyum-senyum.
“Kamu papaan sih pake ngagetin segala! Klo aku jantungan gimana?senang ya aku mati!!” teriak Reni dengan kesal.
“Habis kamunya juga dari tadi aq liatin kayaknya serius banget ngelamunnya.mikirin apa sih?” ucap Tena smbil menarik kursi dan duduk disebelah Reni.
Reni hanya diam...
“Ren..kamu kenapa kok akhir-akhir ini...”
“Aku gak papa kok Ten” Reni memotong pertanyaan Tena.
“Pulang yuk!Aku capek pengen istirahat” kata Reni sambil menarik tangan Tena.
“Lho kamu gak nonton Adit tanding basket?dia kan pacar kamu dan biasanya kamu gak mau ketinggalan. Aku malah mau ajak kamu nonton makanya aku kesini. ” ungkap Tena.
Reni menarik nafas panjang “Gak ah, Aku lagi males nonton. Pengen pulang dan tidur.” Jawab Reni malas.
“Tapi kan?...”
“Udah lah Ten, kamu mau pulang gak.klo gak aku duluan” ujar Reni sambil beranjak dari kursinya dan melangkah keluar kelas.
Tena bingung dengan ulah sahabatnya namun dengan cepat ia mengejar Reni.
“Reniiii!!! Tunggu!!”
***
“Mah.. Kenapa Reni bisa kena penyakit itu sih ma? Setau Reni yang punya penyakit itu gak bisa sembuh dan pasti mati” ucap Reni lemah di pangkuan mamanya.
Mama Reni tak mampu berkata-kata di sudut matanya terlihat bulir air mata yang siap tumpah
“Semuanya pasti akan mati sayang, mama, papa juga akan mati” ucap mama Reni pelan.
“Tapi gimana klo Reni duluan yang mati mah, Reni mati sebelum bisa buat Mama Papa bahagia” sanggah Reni sambil bangun dan menatap Mamanya.
Mama Reni tak mampu menatap mata putri yang sangat dicintainya. Ia menagis dan menarik Reni dalam pelukannya.
“Reni gak boleh bilang gitu sayang, Kamu pasti sembuh. Percayalah sayang.jangan katakan itu lagi,Mama gak kuat mendengarnya” kata Mama Reni di sela isak tangisnya.
***

Reni baru mengetahui jika ia mengidap Leukemia dan dokter memvonis hidupnya tinggal 2 bulan lagi. Reni sangat shock ketika tahu hal itu, ia membayangkan hidupnya tak lama lagi. Bayangan orang-orang yang disayanginya selalu hadir, Mama Papanya, Tena sahabatnya juga Adit, cowok yang setia menemaninya 1 tahun ini juga teman-temannya. Ia tak sanggup jika  membayangkan ia harus meninggalkan mereka semua dan meninggalkan impian melanjutkan sekolah di luar negeri bersama Adit.
 Sejak itu Reni berubah menjadi pendiam dan belakangan ia mulai menjauh dari Adit. Ia selalu menghindar jika Adit ingin menemuinya, dan kalaupun ia tengah bersama Adit maka ia akan bicara seperlunya. Berbanding terbalik dngan Reni yang biasanya ceria. Dipikiran Reni, Ia tak kan sanggup jika harus berpisah dengan orang-orang yang disayanginya dan Ia tak ingin nanti jika dirinya pergi orang-orang terdekatnya akan merasa sangat kehilangan. Begitupun dengan Adit, Reni berusaha menjauh dari cowok itu karena Reni tidak ingin nanti Adit merasa terpukul akan kepergiannya paling tidak Adit telah terbiasa tanpa ada Reni di sisinya.
***
Adit sebenarnya telah merasakan berubahnya sikap Reni belakangan ini. Adit bingung sekaligus bertanya-tanya tentang sikap Reni yang akhir-akhir ini berubah. Ia sudah menanyakan pada Reni namun Reni tak menceritakan apa-apa. Begitupun Tena yang juga tidak mengerti apa yang terjadi dengan sahabatnya.
Seperti siang itu menjelang kelulusan sekolah.
“Reni!!” teriak Adit sambil mengejar Reni yang telah berjalan keluar dari kelasnya.
Reni menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.
“Aku nyariin kamu dari tadi Ren”  keluh Adit sambil terengah-engah.
“Ada apa?” Jawab Reni singkat sambil kembali berjalan.
“Aku mau ngomongn tentang rencana kita buat kuliah di Luar negeri,kita kan dan ngerencanain kuliah sama-sama  di Australia” jawab Adit sambil ikut melangkah.
Adit melanjutkan ceritanya
“Orang tuaku sangat setuju rencana itu. Aku dah searching di internet tentang perguruan tinggi di sana  dan aku udah siapin pilihannya buat kamu pilih, terus aku juga udah cari-cari informasi tentang...”
“Cukup Dit!!!Aku gak mau bahas itu!! Aku gak mau sekolah keluar negeri!!” Teriak Reni memotong kemudian berlari sambil menangis.
Adit hanya termangu, ia bingung tak mengerti apa yang terjadi pada orang yang sangat disayanginya.
***
Adit memutuskan pergi kerumah Reni, disana ia hanya bertemu ibunya.
“Jadi Reni belum pulang ya tante? ” tanya Adit setelah ia minum jus buatan mama Reni.
“Ia, tante juga gak ngerti. Gak biasanya dia telat gini pulangnya.”
“Hmm.. tante..Adit boleh tanya sesuatu?”
“Boleh, kamu mau tanya apa?”
Adit terlihat ragu-ragu namun akhirnya ia pun bertanya.
“Apa sebenarnya yang terjadi dengan Reni tante? Mengapa akhir-akhir ini sikapnya berubah?” tanya Adit.
Mama Reni kaget mendengar pertanyaan Adit, Beliau bingung menjawabnya.
“Tante..tolong ceritakan dengan saya, ada apa tante?” desak Adit memelas.
Akhirnya Mama Reni menceritakan semua tentang Reni, Penyakitnya dan umur Reni yang tak lagi lama. Adit mendengarkan dengan seksama dan tak sadar air matanya menetes.
“Itu yang terjadi pada Reni” Mama Reni menyudahi ceritanya sambil mengusap air mata yang telah membanjiri pipinya.
Adit terdiam, perasaannya terguncang. Ia tak menyangka dengan apa yang telah terjadi pada orang yang dikasihinya. Ia begitu shock! Beberapa saat mereka berdua terdiam.
“Nyonya ada telepon dari rumah sakit ” ujar Bibik, memecah keheningan.
“Apa??” Mama Reni kaget, Beliau bergegas meninggalkan Adit meneju ke ruang tengah.
Mama Reni kembali dengan tangisan yang semakin keras. Adit kaget
“Ada apa tante?kenapa tante nangis?” tanya Adit kebingungan.
“Re...Reni Dit..” Mama Reni tak mampu melanjutkan kata-katanya.
“Reni kenapa tante??” Tanya Adit tak sabar.
“Reni kritis di rumah sakit...”
***
Gundukan tanan itu masih merah dan basah. Di sana Reni telah beristirahat dengan tenang bersama mimpi-mimpinya yang indah. Reni telah pergi...
Adit menatap tanah basah itu dengan nanar, Ia masih belum percaya hal itu. Ia belum percaya orang yang sangat disayanginya, yang selama ini bersamanya telah pergi, pergi ketempat yang jauh. Ia tak sanggup membayangkan hari ini, esok dan seterusnya tanpa Reni, Adit seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dihidupnya. Rasanya baru kemarin Ia dan Reni masih bersama-sama, bercanda, mereka  bermimpi ke keluar negeri dan sekolah disana. Namun kini mimpi itu telah terkubur bersama jasad Reni  yang telah tenang di pangkuanNya. Waktu itu pun telah tiba.
***
By : Dyah

0 komentar:

Posting Komentar